Daftar Blog Saya

Sabtu, 01 Oktober 2011

Target Kurikulum bukan untuk Kebahagiaan Siswa

Untuk  memperoleh kebaikan itu hendaklah berlomba lomba siapa yang suka berlomba  ‘. QS  al Muthaffiffin :26




“Jika siswa bahagia disekolahnya tentu bukan  bel jam pulang sekolah atau liburan yang membuatnya mereka bersorak ria.-gembira .?”


Disadari atau tidak perilaku anti sosial sebagian  masyarakat kita ,mereka pernah mengenyam pendidikan disekolah.Terseret arus agresif,impulsive dan ikut ikutan sebagai mekanisme mempertahankan diri dan kompensasi.Jujur harus kita akui sebagai guru kadang kita tak berdaya karena kurang wawasan atau ambisi pribadi sering menjerumuskan siswa tidak menjadi dirinya  sendiri.Sehingga perilaku anti sosial itu muncul pada mantan mantan siswa.


Perhatikan saja tiap kabupaten member target kelulusan antara 95-100% dan biasanya nyaris tercapai. Barang kali  fenomena ini menunjukan bahwa banyak anak “jenius” yang tidak memiliki daya saing  sampai ditingkat sarjana yang sudah dicetak negeri ini. Banyaknya pengangguran dan keterpurukan bangsa Indonesia lantaran “jenius karbitan “dipaksakan untuk mendongkrak citra keseriusan aparatur dalam pendidikan.Sementara para guru pun tidak berdaya lantaran korban kebijakan itu.

Sampai pada titik ini ,kita bisa melihat dengan jelas,pendidikan untuk masa depan dituntut untuk semakin serius atau jika tidak mau disebut genting.Dan pendidikan kepada anak tidak semata urusan NUN ataupun IPK tetapi menyeluruh pada kehidupan anak.. Meliputi aspek kognisi,emosi,spiritualitas ,fisik,talenta,minat dan orientasi masa depan anak.Dengan demikian  ketika anak menjelang lulus sekolah sudah tergambar bidang apa yang pas buat sang siswa untuk ditekuni.

Untuk sampai pada tut wuri handayani seorang guru harus dapat melewati beberapa tahap diantaranya kepiawaian guru menempa siswa agar memiliki karakter yang di inginkan.Ing ngarso sung tulodho adalah segal galanya. Sejak hari pertama siswa  akan selalu memperhatikan sikap dan perilaku gurunya.Misalnya  apakah seorang guru selalu tekun dan disiplin dalam mengerjakan tugas tugas pribadinya seperti pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP ) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Atau guru bersangkutan gemar mengambil jalan pintas.

Patut disayangkan masih banyak guru yang tidak dapat dijadikan teladan dengan perilaku yang tidak membahagiakan siswa.Menganggap siswa tak berpotensi sehingga dalam kegiatan pembelajaran lebih banyak dengan memerintah dari pada memberikan kesempatan siswa berinteraktif dalam kelas. (Teacher centered).Padahal untuk dapat menumbuh kembangkan minat dan bakat siswa dibutuhkan suasana pembelajaran yang fun dan enjoy. Ditambah lagi siswa saat ini lebih well informed dengan dukungan ICT.

Mengarah kan siswa untuk mematuhi aturan atau hanya menggunakan rumus /refensi yang ditunjuk guru tanpa melihat konteks lingkungan dan zamannya.Guna melatih soft skill siswa ,dibutuhkan ketrampilan sosial dan intelektual dengan menanamkan nilai gemar membaca,kerja keras,sadar waktu.Melatih siswa dengan memberi kebebasan mengakses pengetahuan secara bertanggung jawab dan mendorong semangat berkompetisi dan berprestasi.

Semoga kebijakan pemerintah pusat dan daerah tidak hanya menuntut agar setiap  sekolah  lulus 100 %.namun juga mempertimbangkan potensi terpendam siswa. sebab siswa terdiri dari body,mind ,heart and spirit.Sepertinya bukan mutlak “dosa “guru..!   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar