Untuk memperoleh kebaikan itu hendaklah berlomba
lomba siapa yang suka berlomba ‘.
QS al Muthaffiffin :26
“Jika siswa bahagia
disekolahnya tentu bukan bel jam pulang
sekolah atau liburan yang membuatnya mereka bersorak ria.-gembira .?”
Disadari atau tidak perilaku anti sosial sebagian masyarakat kita ,mereka pernah mengenyam
pendidikan disekolah.Terseret arus agresif,impulsive
dan ikut ikutan sebagai mekanisme mempertahankan diri dan kompensasi.Jujur
harus kita akui sebagai guru kadang kita tak berdaya karena kurang wawasan atau
ambisi pribadi sering menjerumuskan siswa tidak menjadi dirinya sendiri.Sehingga perilaku anti sosial itu
muncul pada mantan mantan siswa.
Perhatikan saja tiap kabupaten member target kelulusan
antara 95-100% dan biasanya nyaris tercapai. Barang kali fenomena ini menunjukan bahwa banyak anak “jenius” yang tidak memiliki daya
saing sampai ditingkat sarjana yang
sudah dicetak negeri ini. Banyaknya pengangguran dan keterpurukan bangsa Indonesia
lantaran “jenius karbitan “dipaksakan
untuk mendongkrak citra keseriusan aparatur dalam pendidikan.Sementara para
guru pun tidak berdaya lantaran korban kebijakan itu.
Sampai pada titik ini ,kita bisa melihat dengan
jelas,pendidikan untuk masa depan dituntut untuk semakin serius atau jika tidak
mau disebut genting.Dan pendidikan kepada anak tidak semata urusan NUN ataupun
IPK tetapi menyeluruh pada kehidupan anak.. Meliputi aspek kognisi,emosi,spiritualitas
,fisik,talenta,minat dan orientasi masa depan anak.Dengan demikian ketika anak menjelang lulus sekolah sudah
tergambar bidang apa yang pas buat sang siswa untuk ditekuni.
Untuk sampai pada tut
wuri handayani seorang guru harus dapat melewati beberapa tahap diantaranya
kepiawaian guru menempa siswa agar memiliki karakter yang di inginkan.Ing
ngarso sung tulodho adalah segal galanya. Sejak hari pertama siswa akan selalu memperhatikan sikap dan perilaku
gurunya.Misalnya apakah seorang guru
selalu tekun dan disiplin dalam mengerjakan tugas tugas pribadinya seperti
pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP ) atau Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)
Atau guru bersangkutan gemar mengambil jalan pintas.
Patut disayangkan masih banyak guru yang tidak dapat
dijadikan teladan dengan perilaku yang tidak membahagiakan siswa.Menganggap
siswa tak berpotensi sehingga dalam kegiatan pembelajaran lebih banyak dengan
memerintah dari pada memberikan kesempatan siswa berinteraktif dalam kelas. (Teacher centered).Padahal untuk dapat
menumbuh kembangkan minat dan bakat siswa dibutuhkan suasana pembelajaran yang
fun dan enjoy. Ditambah lagi siswa saat ini lebih
well informed dengan dukungan ICT.
Mengarah kan siswa untuk mematuhi aturan atau hanya
menggunakan rumus /refensi yang ditunjuk guru tanpa melihat konteks lingkungan
dan zamannya.Guna melatih soft skill
siswa ,dibutuhkan ketrampilan sosial dan intelektual dengan menanamkan nilai
gemar membaca,kerja keras,sadar waktu.Melatih siswa dengan memberi kebebasan
mengakses pengetahuan secara bertanggung jawab dan mendorong semangat
berkompetisi dan berprestasi.
Semoga kebijakan pemerintah pusat dan daerah tidak hanya
menuntut agar setiap sekolah lulus 100 %.namun juga mempertimbangkan
potensi terpendam siswa. sebab siswa terdiri dari body,mind ,heart and
spirit.Sepertinya bukan mutlak “dosa “guru..!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar