Daftar Blog Saya

Selasa, 14 Mei 2013

Bangsa Inferioty Complexs Hasil Pendidikan

Semestinya kita sadar bahwa terbentuknya karakter kepribadian seseorang juga merupakan hasil dari pola pendidikan.Jika masyarakat ini dianggap  mengindap penyakit "inferioty -complexs" seperti dikatakan pejabat negara bidang pendidikan sebanarnya merupakan pengakuan jujur dari hasil program pendidikan  yang  telah gagal   dikembangankan.berikut cupilkan beritanya:

Dinas Terkait Tidak Berpikir Kepentingan Terbaik Siswa

JIKA KEBERADAAN GURU TELAH MENJADI SOSOK " INSPIRATION SOURCE"  BAGI SISWA  MAKA KEHADIRANNYA AKAN MENDATANGKAN KETERIKATAN EMOSI DAN MOTIVASI BELAJAR YANG TINGGI BAGI PESERTA DIDIK ,NAMUN SAYANG KEBIJAKAN DINAS TERKAIT TIDAK BERPIHAK PADA KEPENTINGAN TERBAIK SISWA...! Seperti berita berikut ini :

Akhirnya UN SD Tahun Depan PastI Dihapus



Walau dengan berbagai argumen bahwa UN  harus diadakan karena digunakan sebagai alat ukur mutu proses  sekaligus peningkatan mutu  pendidikan oleh beberapa pakar pendidikan yang rata rata profesor dan pejabat negara pada akhirnya UN SD  akhirnya dihapus ...Jadi ???

Simak cuplikan beritanya

Senin, 06 Mei 2013

Berita Pendidikan Siang Terkini(7/5):Anggaran Kurikulum Dipangkas

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggaran kurikulum 2013 yang disiapkan sebesar Rp 2,49 triliun batal digunakan lantaran jumlah sasaran sekolah penerapan kurikulum baru juga dipangkas habis hingga 80 persen. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memprediksi anggaran untuk kurikulum baru tidak akan lebih dari Rp 800 milyar.

Kumpulan Berita Pendidikan Siang (7/5);"Kegagalan " Penerapan Kurikulum Nasional

Kurikulum 2006, Pupus Sebelum Berkembang


KOMPAS.com - Praktik sistem pendidikan nasional merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses demokratisasi negara. Pascareformasi, semangat memperbaiki sistem pendidikan menguat seiring membesarnya kewenangan daerah di era otonomi. Hasil survei menunjukkan, kebijakan pemerintah bidang pendidikan memperoleh apresiasi cukup tinggi dari para guru yang menjadi responden.

MUNGKINKAH UN DITIADAKAN..? ,KUMPULAN BERITA PENDIDIKAN TERKINI 6 MEI 2013


POTRET BURAM  UJIAN NASIONAL .

Dari meremehkan Rekomendasi Itjen Kemendikbud, UN Sarat kepentingan Pribadi,Potensi Kelulusan UN Tinggi ,sampai kemungkinan UN dihapus


Nuh Remehkan Rekomendasi Itjen Kemdikbud soal Kisruh UN

JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh menganggap remeh rekomendasi Inspektorat Jenderal (Itjen) Kemdikbub mengenai hasil investigasi keterlambatan pencetakan naskah Ujian Nasional (UN) SMA beberapa waktu lalu. Padahal, Itjen selaku pengawas internal atas kinerja kementerian yang mengurus pendidikan itu telah memberikan sejumlah rekomendasi penting mengenai investigasi pelaksanaan UN, termasuk soal sanksi bagi sejumlah pejabat teras Kemdikbud.

Kumpulan Berita Pendidikan Terkini di Tanah Air 6-Mei2013

 
DARI SEKOLAH KEKURANGAN MURID,PEMANGKASAN PADA KURIKULUM 2013 SAMPAI KENAPA PEMERINTAH SELALU SALAH.


Minim Murid, Unas 90 SD Gabung Sekolah Lain 

Sumenep (beritajatim.com) - Sebanyak 90 SD dan sederajatnya di Kabupaten Sumenep tidak bisa menyelenggarakan sendiri ujian nasional (Unas), dan harus menggabung dengan sekolah lain karena minimnya jumlah murid.

Kamis, 18 April 2013

Antara "Ambisi" vs Kompetensi Pemerintah dalam Penyelenggaraan Ujian Nasional

AMBISI



Tujuan Pemerintah Mengadakan Ujian Nasional (UN).

Jakarta - Tujuan Pemerintah mengadakan ujian nasional (UN) adalah untuk meningkatkan standar pendidikan di Tanah Air. Hal tersebut dikatakan Wakil Presiden Boediono.

"Kegiatan UN harus disyukuri oleh semua siswa karena tujuannya untuk keberhasilan dan meningkatkan standar pendidikan di Tanah Air," kata Wapres Boediono kepada pers, di SMAN 70 Bulungan Jakarta, Selasa (22/03/2010).
Dikutip  dari: http://erabaru.net/nasional/50-politik/11678-ujian-nasional-untuk-meningkatkan-standar-pendidikan

KOMPETENSI ;

Selasa, 02 April 2013

Nilai nilai Kebangsaan dan Nasionalisme Pelajar Luntur





"praktik pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan Pendidikan Pancasila selama ini monoton ,tidak beranjak dari sekedar memahami materi dari buku teks pelajaran . Materi nilai nilai ,budaya dan ideologi Pancasila dibahas lepas dari realitas sosial hingga peserta  didik sulit memahami manfaat mempelajari pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan ."



Jakarta – Nilai nilai nasionalisme dikalangan pelajar cenderung luntur .itu ditandai denga rendahnya penghargaan terhadap Bhineka Tunggal Ika  yang menyuburkan intoleransi generasi muda terhadap keragaman suku ,agama dan budaya Indonesia  .

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Saat Ini Sangat Rendah



"remaja  bukannya tak ingin memahami persoalan  kesehatan reproduksi dan seksualitas . Namun ketika mereka bertanya  kepada orang tua dan guru ,mereka menuduh  remaja telah melakukan hal hal yang ingin diketahui . banyak pula orang dewasa yang langsung mengelak dengan alasan tak ada gunanya  remaja tahu hal itu."


JAKARTA . Ditengah  kemajuan teknologi dan perubahan sosial ,pola pendidikan orang tua kepada remaja tidak berubah . Informasi tentang kesehatan reproduksi (Kespro ) dan seksual masih tabu dibicarakan . Akibatnya ,remaja justru mendapat informasi salah yang menjerumuskan mereka.

Sabtu, 16 Maret 2013

Aturan Baru SBMPTN 2013



JAKARTA, KOMPAS.com — Siswa atau calon peserta Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2013 atau jalur masuk PTN dengan ujian tertulis dan ujian keterampilan dapat memilih tiga program studi yang berbeda.

Ketentuan baru tersebut disampaikan Ketua Umum Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tahun 2013, Akhmaloka, Jumat (15/3/2013) malam, di Jakarta.

Kamis, 10 Januari 2013

Kendala Kompetensi Lulusan Kurikulum 2013



Dalam elemen perubahan pada Kompetensi Lulusan Kurikulum 2013 di deskripsikan sebagai adanya peningkatan dan keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi kompetensi sikap ,keterampilan dan pengetahuan ( sumber Kemendikbud 2012)

1.       Dalam pembelajaran dikelas  guru tidak banyak yang menggunakan penelitian tindakan kelas kepada setiap individual siswa  maupun  berdiskusi tentang persoalan keterbatasan dan kompetensi  yang dihadapi siswa bersama siswa bersangkutan  ,mereka cenderung mengejar target jam mengajar.

2.       Tidak ukuran  yang baku bagi guru untuk mengevaluasi ekspektasi harapan siswa  atas kinerjanya. Sehingga guru terbiasa mengajar menurut versinya sendiri.

3.       Karena  “keterbatasan” jam pelajaran dan kompetensi  pengetahuan serta keterampilan mengajar    sulit seorang guru dalam mengeksplorasi daya berpikir kritis siswa .

4.       Budaya di Indonesia belum terbiasa seorang guru siap menerima kitik dan komplain dari siswa atau masyarakat. Sehingga guru bersangkutan juga tidak dapat mengevaluasi diri berdasar kepuasan siswa maupun masyarakat . 

5.       Tidak ada keterbukaan sekolah untuk berani bertanggung jawab atas  jaminan  mutu lulusan sesuai target kurikulum 2013 tersebut.

6.       Belum adanya komunikasi dan informasi terpadu  guna menangani komplain yang masuk  dari masyarakat  dengan instansi terkait  sehingga sering kali sekolah dan dinas terkait bertindak menangani komplain atau konflik setelah diberitakan media massa.

7.       “Ketidak berdayaan” guru dalam  menyampaikan kendala dan kesulitan pelaksanaan terutama terhadap prosedur dan pelaksanaan kurikulum secara teratur .Diantaranya disebabkan juga karena budaya top-down lebih mendominasi kalangan birokrasi termasuk birokrasi dunia pendidikan. 

8.       Belum adanya keterampilan untuk proaktif dikalangan guru dalam merancang masa depan kegiatan pembelajarannya dikarenakan sistem yang memaksa guru hanya menjalankan perintah dari kebijakan dinas terkait   ,bahkan tidak jarang karena  otonomi daerah kebijakan kurikulum yang dirancang  pusat menjadi lemah di daerah tanpa terdeteksi.


Kompetensi Kognitif Yang Tidak Logis (1)



Kompetensi Kognitif  Yang Tidak Logis (1)

1.       Dalam hidup ini setiap persoalan memiliki alternatif jalan keluar yang berbeda –beda tapi dalam pembelajaran di Indonesia hanya ada satu jawaban yang benar dari satu pertanyaan. Sehingga terbangun karakter berpikir siswa ‘pokoknya ada satu jawaban yang benar yaitu jawabanku..”. pantas sampai saat ini masyarakat  Indonesia sulit menerima dan menghargai perbedaan ....!

2.       Siswa hanya  terpaksa ingat mata pelajaran saat mengerjakan ulangan atau ujian  saja setelah itu tidak penting  mengingat mata pelajaran yang telah dipelajarinya. Dikarenakan memang tidak relevan dengan permasalahan yang dihadapi siswa,sementara itu guru terpaksa juga harus menjejali siswa dengan berbagai hafalan supaya diingat agar ulangan atau ujiannya berhasil .

3.       Evaluasi dimaksud untuk mengukur sejauh mana siswa mampu menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menjawab soal sesuai kunci jawaban. Padahal dalam hidup kemampuan berfikir logis adalah mengasah kemampuan analisa dan sintesa yang dikuasai siswa untuk mengatasi problematik yang dihadapi sesuai usia perkembangannya. Itulah sebabnya maka siswa lebih mempercayai bocoran kunci jawaban atau mencontek dari pada percaya kepada diri sendiri.

4.       Jika  tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha  Esa,berakhlak mulia ,sehat berilmu ,cakap kreatif ,mandiri  dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, sesuai UU No 20 /2003 Sisdiknas . Tapi yang digunakan untuk mengukur kelulusan  lebih dititik beratkan pada nilai akademis ujian nasional. Lantas bagaimana mengukur capaian dari tujuan pendidikan tersebut....! . Pantas  banyak sekolah di Indonesia  hanya berpikir  yang penting lulus dan bukan bagaimana siswa tersebut berkarakter dan berakhlak.

5.       Yang empat saja belum ada solusinya bagaimana catatan ini mau dilanjutkan...... !