"praktik pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan
Pendidikan Pancasila selama ini monoton ,tidak beranjak dari sekedar memahami
materi dari buku teks pelajaran . Materi nilai nilai ,budaya dan ideologi
Pancasila dibahas lepas dari realitas sosial hingga peserta didik sulit memahami manfaat mempelajari pendidikan
Pancasila dan kewarganegaraan ."
Jakarta – Nilai nilai nasionalisme dikalangan pelajar cenderung
luntur .itu ditandai denga rendahnya penghargaan terhadap Bhineka Tunggal
Ika yang menyuburkan intoleransi generasi
muda terhadap keragaman suku ,agama dan budaya Indonesia .
Penelitian Maarif Institute tahun 2011 menunjukkan
fenomena itu .”jika dibiarkan ,lambat
laun mengikis bangunan Kebangsaan yang lama dirajut pendiri bangsa.’ Kata Fajar
Riza Ul Haq Direktur eksekutif Maarif
Institue pada seminar” Pendidikan Kewargaan
di sekolah Melalui 4 Pilar “di Jakarta selasa (2/4). Seminar dihadiri guru pendidikan kewarganegaraan ,guru
agama Islam ,guru pembina kesiswaan da siswa SMA/SMK .
Hadir berbicara
,Wakil ketua MPR Hajriyanto Y Thohari,menurutnya pendidkan Kebangsaan perlu dibumikan lewat
perilaku nyata . Tidak cukup sebatas pengetahuan normatif kepada siswa . salah
satu metode pengajaran lewat pelatihan seperti outbond. Para siswa diajak mempratikkan nilai Kebangsaan dalam
perilaku nyata ,seperti toleransi ,penghargaan kebinekaan,keadilan ,kemanusiaan
kerja sama atau kompetisi yang sportif .
Pembelajaran monoton
Retno Listyarti yang
juga Ketua Ikatan Guru Civic Indonesia menambahkan ,praktik pembelajaran
pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan Pendidikan Pancasila selama ini monoton ,tidak
beranjak dari sekedar memahami materi dari buku teks pelajaran . Materi nilai
nilai ,budaya dan ideologi Pancasila dibahas lepas dari realitas sosial hingga
peserta didik sulit memahami manfaat mempelajari
pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan .
“Guru harus mengajak siswa memahami kasus nyata. Untuk memahami konflik
,ajak siswa mengenal arti perselisihan ,aktor intelektual,provokator dan korban
‘. Ujarnya
Anak anak harus kembali diajak mengenali apa yang dipunya. Kembangkan
kebersamaan dan saling membantu ,jangan diseragamkan .pendidikan itu mengembangkan siswa sebagai subjek yang
belajar. Ujar Baharudin,Penerima Maarif
Award .
Sumber: Kompas cetak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar