Daftar Blog Saya

Selasa, 02 April 2013

Nilai nilai Kebangsaan dan Nasionalisme Pelajar Luntur





"praktik pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan Pendidikan Pancasila selama ini monoton ,tidak beranjak dari sekedar memahami materi dari buku teks pelajaran . Materi nilai nilai ,budaya dan ideologi Pancasila dibahas lepas dari realitas sosial hingga peserta  didik sulit memahami manfaat mempelajari pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan ."



Jakarta – Nilai nilai nasionalisme dikalangan pelajar cenderung luntur .itu ditandai denga rendahnya penghargaan terhadap Bhineka Tunggal Ika  yang menyuburkan intoleransi generasi muda terhadap keragaman suku ,agama dan budaya Indonesia  .


Penelitian Maarif Institute tahun 2011 menunjukkan fenomena  itu .”jika dibiarkan ,lambat laun mengikis bangunan Kebangsaan yang lama dirajut pendiri bangsa.’ Kata Fajar Riza  Ul Haq Direktur eksekutif Maarif Institue pada seminar” Pendidikan Kewargaan  di sekolah Melalui 4 Pilar “di Jakarta selasa (2/4). Seminar  dihadiri guru pendidikan kewarganegaraan ,guru agama Islam ,guru pembina kesiswaan da siswa SMA/SMK .

Hadir  berbicara ,Wakil ketua MPR Hajriyanto Y Thohari,menurutnya  pendidkan Kebangsaan perlu dibumikan lewat perilaku nyata . Tidak cukup sebatas pengetahuan normatif kepada siswa . salah satu metode pengajaran lewat pelatihan seperti outbond. Para siswa diajak mempratikkan nilai Kebangsaan dalam perilaku nyata ,seperti toleransi ,penghargaan kebinekaan,keadilan ,kemanusiaan kerja sama atau kompetisi yang sportif .
Pembelajaran monoton
Retno Listyarti   yang juga Ketua Ikatan Guru Civic Indonesia menambahkan ,praktik pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan Pendidikan Pancasila selama ini monoton ,tidak beranjak dari sekedar memahami materi dari buku teks pelajaran . Materi nilai nilai ,budaya dan ideologi Pancasila dibahas lepas dari realitas sosial hingga peserta  didik sulit memahami manfaat mempelajari pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan .
“Guru harus mengajak siswa  memahami kasus nyata. Untuk memahami konflik ,ajak siswa mengenal arti perselisihan ,aktor intelektual,provokator dan korban ‘. Ujarnya
Anak anak harus kembali diajak mengenali apa yang dipunya. Kembangkan kebersamaan dan saling membantu ,jangan diseragamkan .pendidikan itu  mengembangkan siswa sebagai subjek yang belajar.  Ujar Baharudin,Penerima Maarif Award  .
Sumber: Kompas cetak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar