“Saya tidak mengerti kurikulum saat
ini, seabrek tugas diberikan kepada anak saya dan teman-temannya, katanya sih
agar anak dapat menemukan sendiri data dan info penting dari ilmu yang
dipelajari ,hasilnya anak saya jadi stress sayapun jadi ikutan ikutan sibuk
membantunya kasihan kalau dibiatkan dikerjakan sendirian,lantas PR itu
semestinya bagaimana kank.. “ disampaikan peserta Seminar Parenting
Pendidikan C 21’st dengan nada campuran antara marah dan kesal.
Dalam sebuah survey terhadap orang
tua di Amerika, 72 % mengatakan frutrasi akibat PR anak dan membuat stress
keluarga. Meskipun demikian dari banyak pembelajaran dibeberapa negara
Pekerjaan Rumah (PR) diberikan kepada
anak untuk meng Enrichment peserta
didik agar lebih menguasai materi, sebagai sarana”evaluasi” tingkat pemahaman
mereka terhadap materi yang sudah diberikan, melatih anak belajar secara
mandiri dan difungsi kan sebagai penambah kegiatan waktu luang anak dirumah
terutama saat libur ,seringkali kita dengar para siswa “sama saja liburan tetap ngerjakan tugas seabrek, jadi sama dengan tidak
libur ..!”.
Sebagaimana ditulis Petterson ,
G.R dalam Journal of Clinical Child Psychologi
“When children have confidence in their
own ability to reason, the become more questioning and more resistant to
passive aceptance of explanations and orders. They also become more tolerant of
diverse views “.
Berpijak pada tulisan Petterson tersebut maka pembelajaran pada hakekatnya
adalah menumbuhkan potensi perkebangan berbabagai aspek yang dimiliki anak
seperti aspek kognitif , afektif, psikomotor , sosial dan spiritual anak secara
menyenangkan , agar neurosystem anak
dapat bekerja secara optimal. Maka jika PR menjadi beban anak dan seluruh
keluarga serta membuat anak manjedi semakin tidak bahagia justru saat kembali
kerumah maka PR ini perlu ditinjau ulang oleh guru bersangkutan.
Lantas bagaimana agar pemberian PR tidak tersesat jalan..?, Berikut
kiatnya:
1.
“Sudah kamu boleh kerjakan dirumah
karena waktu kita sudah habis, sekarang jam istirahat , bukankah sebentar
kalian akan belajar materi berikutnya.!’. Pemberian PR untuk memperkaya dan
memperkuat kompetensi anak dalam menguasai pembelajaran akan lebih baik
diberitahukan kepada orang tua terutama untuk anak kelas satu SD sehingga dapat
membantu anak untuk menguasai secara optimal dan orang tua dapat mempersiapkan
diri. PR diberikan agar anak dapat mencapai KKM yang telah ditetapkan dalam
satu kelas.
2.
“Hanya pada Romawi satu yang harus
kamu kerjakan yang lainnya besok kita bahas..!”. PR
yang efektif adalah PR yang dikondisikan sesuai dengan kemampuan dan
waktu belajar yang akan dikerjakan anak dirumah , agar anak juga bisa menikmati
khidupan dirumahnya disamping anak dapat memahami materi soal yang dijadikan
tugas karena tidak terlau banyak sehingga mengerjakannya tidak asal asalan.
3. “Sebisa mungkin kalian sampai dirumah harus lebih banyak istirahat, karena
hari ini kegiatan kalian memang sangat banyak dan melelahkan , jadi tidak ada PR
untuk kalian..!”. Suasana hati yang menyenangkan,
kesegaran fisik adalah syarat terpenting bagi terjadi proses pembelajaran
kepada peserta didik, oleh karena itu para pendidik sepatutnya mempertimbangan
kondisi fisik dan psikis anak terutama jika telah menjalani berbagai macam
aktivitas disekolah.
4. “Romawi satu dan tiga itu nyaris sama jadi kamu hanya kerjakan materi satu dan
empat saja untuk PR , mudah mudahan kamu
senang mengerjakannya , selamat bertugas ya..”. Sifat dan jenis materi yang monoton membuat siswa
menjadi bosan mengerjakannya oleh karena itu seorang pendidik wajib tahu tetang
bobot dan jenis materi yang akan diberikan kepada siswa sebagai PR, dengan
demikian siswa dapat mengerjakan secara efektif.
Selanjutnya memang diperlukan komunikasi
dan kerjasama antara orang tua dan guru (sekolah ) tentang metode pembelajaran
yang tepat untuk kepentingan terbaik siswa.Bagaimana ..?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar