Daftar Blog Saya

Senin, 11 Agustus 2014

Hukum “Jika –Maka”, Pelanggaran Guru Dalam KBM

Jika tongkatnya bengkok maka bagaimana mungkin bayangannya lurus. Jika Gurunya bukan pertama kali yang mengamalkannya, maka bagaimana bisa mengajarkannya. Karena siswa butuh teladan  bukan cuma nasehat. Inilah beberapa "pelanggaran" yang dilakukan guru dalam kegiatan belajar mengajar:

1.       Setiap guru berharap semua siswanya dapat menguasai pelajaran yang diajarkannya.Tetapi benarkah guru bersangkutan telah benar benar menguasai materi yang akan diajarkannya hanya kejujuran diri sendirilah yang mampu menjawabnya. “Jika gurunya saja tidak menguasai materi yang akan diajarkannya, maka bagaimana dengan siswanya..!”


2.       Setiap guru ingin siswanya dapat lebih mudah mengerti atas materi yang diajarkannya. Tetapi berapa banyak guru yang juga kesulitan dalam menemukan metode mengajar yang tepat sesuai dengan materi ajar ujung ujungnya siswa bukan tambah mengerti tapi tambah binggung. “Jika guru tidak mampu memilih metode mengajar yang tepat,maka bagiamana siswa bisa mengerti apa yang dipelajarinya..!”
3.       Setiap guru berusaha siswanya dapat menguasai materi yang diajarkannya dengan contoh kongkrit dan relevan dalam kehidupan sehari hari,agar ilmu yang dipelajarinya dapat lebih mudah difahami. Tanyakan kepada siswa berapa banyak guru yang menggunakan alat peraga /contoh kongkrit sesuai materi ajar, menggunakan saja jarang jarang apalagi memiliki kemampuan memilih alat peraga yang tepat sesuai materi ajar.  “Jika gurunya saja tidak tahu bagaimana caranya menggunakan alat peraga bagaimana siswanya dapat membuktikan kebenaran ilmu yang dipelajarainya (empiris)..!”.
4.       Bisa saja nilai rapor itu adalah kebaikan hati dari seorang guru.  Meskipun rapor sendiri adalah hasil rekapitulasi real dari kompetensi siswa, sehingga siswa dapat menilai potensi diri  dan mengembangkannya. Namun berapa banyak siswa pada akhirnya dapat meningkat kompetensi nya,lantaran nilai rapor tidak dapat memberikan motivasi bagi kemajuan siswa itu sendiri. Bukan nilai rapornya. Disebabkan guru memang tidak memiliki kemampuan dalam evaluasi terutama mengevaluasi dirinya sendiri. “Jika gurunya saja sulit mengevalusi diri,maka bagaimana siswa mengevaluasi kemampuannya..? “


Bagaimana dengan anda..?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar