Daftar Blog Saya

Jumat, 29 Juli 2011

Pendidikan Formal,Berkualitas ..?


"Katanya sekolah RSBI ,masuk hari pertama tahun ajaran baru saja ,jadwalnya kacau gurunya semua lepas tanggung jawab..?".

"Saya bingung guru kelas VI anak saya ini "guru -buangan" dari sekolah negeri daerah barat .hampir semua anak dikelas itu prestasi belajarnya turun,padahal mau Ujian Nasional...?".


"Lucunya guru meminta anak saya yang pintar dikelas ini membantu teman teman nya saat Ujian nasional,bukannya bisa membantu eh malah hasilnya jeblok .Karena takut ketahuan pengawas...!".


Segudang keluhan cacian atas buruknya pelayanan pendidikan membuat mutu pendidikan di Indonesia dibenci sekaligus dicari.Namun begitu masyarakat di Indonesia masih mempercayai ,lantas bagaimana seharusnya.



Kualitas output pendidikan formal di Indonesia sedang dipertanyakan. Terutama menyangkut makna bersekolah bagi siswa terhadap kemandirian menghadapi tantangan kehidupan nya sendiri.Indikator sederhana makin tinggi biaya kuliah,alokasi dana APBN untuk pendidikan dan semakin canggihnya kurikulum. Tidak berdampak pada penyerapan tenaga kerja, daya saing dan kualitas SDM. Sedangkan pihak sekolah hanya berpusat pada administrasi kelembagaan, target kurikulum dan kesejahteraan pribadi. Sampai lupa bagaimana mem branding sekolah maupun citra pendidikan itu sendiri . Padahal “perception more than reality, perception is reality’.

Sekolah masih dipercaya sebagian masyarakat untuk menitipkan anaknya menerima pendidikan yang layak. Meskipun ke”layakan “itu sendiri tidak banyak masyarakat yang benar benar faham . Karena besarnya kepercayaan dan harapan masyarakat, maka persepsi layanan pendidikan berkualitas harus menjadi prioritas utama. Bukan terletak pada inventaris property dengan segala fasilitasnya. Melainkan pada kemudahan akses terhadap informasi proses aktivitas kegiatan Belajar dan Mengajar, termasuk akses terhadap guru dan kepala sekolah. Dibutuhkan saluran komunikasi mulai verbal sampai ICT termasuk penerbitan majalah , buletin, jurnal secara berkala.

Tujuan pendidikan untuk mencetak siswa menjadi manusia seutuhnya; intelektual, emosi dan spiritual.Maka visi &misi sekolah harus menjadi aktivitas pembiasaan perilaku dalam menjalankan proses pembelajaran di sekolah. Mengingat visi & misi sekolah biasanya sering digunakan sebagai promosi .Karena itu agar masyarakat tidak menjadi” korban iklan “maka proses pembelajaran harus tetap diawasi.Integritas sekolah dipertaruhkan pada konsistensi menjalankan proses sebagaiamana yang dijanjikan,persepsi kedua dipertaruhkan pada proses.

Kepemimpinan Kepala Sekolah harus dapat menumbuhkan budaya “Sense of Service” dalam perilakunya , staff dan guru di tempat kerjanya. Bukan terjebak pada akreditasi & administrasi kelembagaan, apalagi hanya sibuk mengurus bantuan dana pendidikan . Sehingga kepentingan walimurid dan siswa terkesan tidak menjadi prioritas utama. Hasrat melayani dapat tercermin dari; kemampuan bekerja secara ikhlas,lemah lembut dan suka membantu,empati, rendah hati &dapat memberi solusi.
Dalam menjalankan proses kegiatan persekolahan tidak selalu dapat berjalan mulus selalu ada ketidak sesuaian antara dua kepentingan antara sekolah dengan orang-tua dan siswa. Karena itu sekolah harus memiliki ketrampilan handling complain yang dapat memberikan kejelasan.Sehingga kebijakaan sekolah berbasis kebajikan . Kebajikan didasarkan kepada kebijakan.Terwujud dalam perilaku; menghormati dan menghargai perbedaan pendapat,sosialisasi program , respon positip terhadap pendapat, asas keterbukaan dsb

Persepsi berkualitas yang terakhir adalah keberanian sekolah mengevaluasi diri secara periodik.Semacam ukuran akan kepuasan akan pelayananan dari siswa dan orangtua.Misalnya menggunakan skala Likert 1-5; 1= Sangat tidak puas ,2=Tidak puas, 3= Biasa saja, 4=puas dan 5= Sangat puas. Termasuk ajang kompetisi pemilihan guru favorit oleh siswa dan Mr/Mrs paling menjengkelkan.Berikut saran dan penjelasan responden. Denagan demikian sekolah adapat melalui peningkatan kualitas mutu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar