Daftar Blog Saya

Jumat, 08 Agustus 2014

Siswa Cermin Siapa “Gurunya” (1)

Angka raport lebih banyak (konon kabarnya ) karena kebaikan hati atau  factor “keterpaksaan” guru. Itulah sebabnya banyak siswa yang terpaksa berbaik baik hati kepada guru supaya mendapatkan nilai rapor yang baik. “Kalau begitu untuk memiliki angka  rapor  yang baik, cukup menjadi anak yang “baik” saja dimata guru..,Ujian Nasional terus jadi perdebatan”.

Kompetensi adalah kemampuan nyata walau sering hal tersebut tidak pernah diakui oleh dunia pembelajaran. Buktinya  banyak berita  anak yang memiliki berbagai kompetensi dalam kompetisi internasional yang tidak diakui (lolos) saat masuk pendidikan tinggi  negeri di negerinya sendiri. “Pantas banyak orang berkompetensi merasa lebih nyaman tinggal dimanca Negara daripada di negerinya sendiri.”


 Banyak orang  berpendapat “Sertifikat” itu  tidak mencerminkan kompetensi sesungguhnya,tentu saja ini benar setidaknya bank dunia dalam penelitiannya mengatakan bahwa tunjangan sertifikasi  pendidik  di Indonesia tidak berdampak secara signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan,”wah wah penghamburan anggaran Negara dong..”

Pembelajaran di sekolah  kabarnya dirancang  mencetak karakter dan kompetensi  siswa  menjadi orang baik baik, tapi kenyataannya barbagai kasus KKN di negeri ini   justru dilakukan oleh orang orang yang benar benar pernah sekolah. “Lantas apa yang salah yah..?”,

Jika guru berdalih “ kami tidak pernah mengajarkan perilaku tidak baik kepada  siswa”, tentu saja, hanya guru yang “sakit” yang mengajarkan ketidak baikan) Lantas apa yang dipelajari siswa saat disekolah ,buktinya banyak perilaku tidak baik justru terjadi tidak hanya diluar sekolah tapi juga terjadi  didalam sekolah (kelas) baik oleh siswa maupun guru itu sendiri.  “itu berarti peribahasa  guru kencing berdiri murid kencing berlari patut  direvisi termasuk kata guru yang juga dimaknai di gugu (ditaati) dan ditiru.  Semoga kita berpikir..! Bersambung






Tidak ada komentar:

Posting Komentar